PT Liga Indonesia telah menyiapkan dua skenario pelaksanaan Piala Indonesia 2011. Turnamen yang diikuti oleh tim-tim dari tiga kasta berbeda ini terpaksa molor karena kisruh PSSI yang tak kunjung selesai.
Piala Indonesia 2011 sejatinya digelar Juni dan Juli 2011. Namun penyelenggaraan batal karena PSSI tak kunjung berhasil menggelar Kongres pemilihan ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota exco 2011-2015.
CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono mengatakan, Piala Indonesia 2011 akan digelar bersamaan dengan Liga Super Indonesia (ISL) 2011/2012, Oktober mendatang. Ada dua opsi yang ditawarkan terkait penyelenggaraan even ini.
"Kami merencanakan penyelenggaraan Piala Indonesia dilaksanakan setelah Kongres PSSI digelar. Paling cepat diselenggarakan pada awal Oktober 2011," ujar Joko kepada wartawan di kantor PSSI, Selasa, 28 Juni 2011.
"Dua format disesuaikan dengan orientasi pelaksanaan Piala Indonesia yang akan digelar untuk tujuan apa dulu," ujarnya.
Menurut Joko, opsi pertama yang ditawarkan adalah sebelum registrasi AFC, Desember 2012. Tawaran ini berlaku bila pelaksanaan ditujukan untuk menjaring klub yang berhak tampil di tingkat Asia pada musim 2011-2012.
"Berarti harus digelar selama sebulan penuh dan selesai sebelum Desember. Piala Indonesia bisa dituntaskan selama sebulan penuh jika tidak ada even lain yang digelar bersamaan. Tapi dibutuhkan kerjakeras dan komitmen semua pihak serta bantuan sponsor," ujar Joko.
Sedangkan opsi kedua adalah menggelar Piala Indonesia mulai Oktober 2011 hingga Mei 2012. "Jika opsi ini yang dipilih, maka perwakilan klub Indonesia yang akan mengikuti kompetisi Asia musim ini cukup dipilih dari hasil kompetisi Liga Super Indonesia musim lalu," ujarnya.
Meski demikian, Joko menegaskan dua opsi ini belum diputuskan. Menurutnya, PT Liga Indonesia masih menunggu kepengurusan baru PSSI.
"Tidak bisa dipastikan sekarang. Harus menunggu dulu Kongres 9 Juli berjalan dan selanjutnya proposal Piala Indonesia ini akan dikomunikasikan dan ditelaah oleh pengurus PSSI," ujar Joko.
Meski demikian, Joko secara pribadi berpendat opsi kedua lebih ideal. Pasalnya, Piala Indonesia merupakan even besar yang tidak bisa digelar secara sembarangan hanya untuk menggugurkan kewajiban saja.
"Melainkan harus berorientasi untuk mengembangkan potensi dan menjadi indikator serius bisnis sepakbola," tandasnya.