Ribuan warga anti rezim Muammar Khadafi di Kota Benghazi bergembira dan menari di tengah jalan setelah Mahkamah Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi pemimpin Libya itu. Di Tripoli, Khadafi terangan-terangan tidak mengakui perintah penangkapan itu, yang dia anggap sebagai keputusan politik.
Menurut kantor berita Associated Press (AP), perintah penangkapan atas Khadafi diterbitkan di Den Haag, Belanda, Senin waktu setempat. Khadafi harus diadili dengan tuduhan melakukan kejahatan atas kemanusiaan karena bertanggung jawab atas pembunuhan warga Libya yang menentang rezimnya.
Tidak dijelaskan bagaimana Mahkamah akan menangkap Khadafi, mengingat mereka tidak memiliki perangkat untuk melaksanakannya. Suksesnya penangkapan tergantung pada keberhasilan pemberontak untuk mengalahkan rezim Khadafi. Berbasis di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya setelah Ibukota Tripoli, pasukan pemberontak selama ini mendapat bantuan serangan udara dari NATO.
Didukung oleh AS, Prancis, Inggris, dan sejumlah negara lain, pasukan NATO sejak pertengahan Maret lalu rutin melakukan serangan udara atas fasilitas militer rezim Khadafi dengan dalih untuk mendukung Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberi mandat untuk melindungi rakyat Libya dari serangan pemerintah mereka sendiri.
Perintah penangkapan juga dilayangkan atas salah seorang putra Khadafi, Seif al-Islam, dan Kepala Intelijen Libya, Abdullah al-Sanoussi. Mereka bertiga dituduh telah membunuh, melukai, menangkap, dan memenjarakan ratusan warga Libya selama 12 hari pertama gelombang unjuk rasa anti rezim Khadafi.
Menurut hakim Mahkamah, Sanji Monageng dari Botswana, tim penuntut telah menunjukkan bukti bahwa Khadafi dan orang-orang dekatnya telah merancang kebijakan untuk memberantas aksi protes warga sipil dengan cara apa pun, termasuk dengan kekuatan yang mematikan.
Rezim Khadafi menampik kebijakan Mahkamah itu. "Pengadilan ini tidak lain hanyalah taktik bagi operasi militer NATO," kata Menteri Kehakiman Libya, Mohammed al-Qamudi.
Sementara itu, warga Benghazi bernama Mohammed al-Nazeif menyatakan perintah penangkapan atas Khadafi merupakan salah satu momen indah bagi hidupnya. "Kami ingin Khadafi diadili di Libya di depan rakyat. Kalaupun kami sudah mati, anak-anak kami yang akan melakukannya," kata al-Nazeif. (art)