http://www1.adsensecamp.com/show/click.php?sid=mRdDaoNm8jEfHjaXqGsflH3ruphn9bMloL0lNGftgL4%3D&mid=EjaJmS1dntm%2BX72MOzJDBQE8LK%2Fi2T92ec739JbynYU%3D&ogi=r1efHiL667Gw178F%2FwEKiwD6bAvnS98FPQzVjg73xyM%3D&omid=BQd02UEWA%2Fs%3D&chan=WB3ae77b+8A%3D&i=6zepDC1828IRA3NnZPI4x3y5wpnCV3PoyW5ZUNXhvNnNjvvVUPwD4yC5ALPkvmVH&r=S3bVBZ7uC8wCmvRpmt5qgx15VfAQVibWFgEk6cp8ypeT9DR6G2klxBQeXRxSdpEI0ExoTzy48Q%2F%2BY7zpAqYiXA%3D%3D&a=xHMulCJa2UOFnEPfzInWFAfTW4SZZC8wcztg31qspQrmhhJRxvOKbj7L8Xrjcyq4NdhBTaHVaYGQ8JZ5LlQdtXZlYikVkwaBQji7ZbeS7HgSHL5%2FxUQ%2BIk%2FlBGI9VYuZFkkvG4usQIrdUSVoTlbfSQ%3D%3D

JK: Jangan Ragu Vote Komodo

JAKARTA – Dalam konferensi pers yang dilakukan oleh Pendukung Pemenangan Komodo (P2Komodo), Duta Besar Komodo, Jusuf Kalla (JK) meminta agar masyarakat tidak ragu untuk tetap memberikan suaranya dalam kompetisi New7 Wonder. “Kita ingin di antara masyarakat ada rasa ragu untuk tetap memberikan dukungan untuk Komodo,” katanya, Jumat (4/11).

Jusuf Kalla mengaku sedikit terganggu dan isu yang berkembang jelang pengumuman keajaiban dunia versi Yayasan The New 7 Wonder. Ia beranggapan isu tersebut sebagai isu yang tidak mengenakan dan merecoki situasi yang sudah dibangun dan telah menjadi besar. “(Isu) ini sebenarnya membuat capek dan tidak perlu,” katanya sebelum memulai teleconference dengan Direktur The New 7 Wonder, Jean Paul de la Fuente yang berada di Cape Town, Afrika Selatan.

Menurutnya, isu yang berkembang sekarang bukan merupakan barang baru. Tetapi sudah mencuat sejak Februari lalu. JK tidak mau ambil pusing dengan polemik yang berkembang. “Saya hanya memikirkan masyarkat di sana,” katanya.

Ia pun mencontohkan sebelum adanya promosi besar-besaran, kunjungan turis ke pulau Komodo setiap harinya hanya 50 orang, bahkan sejak UNESCO menetapkan Pulau Komodo sebagai salah satu world heritage di 1986. Saat ini, sudah mengalami peningkatan hingga 100 orang perhari. JK pun bercita-cita agar kunjungan bisa meningkat lagi hingga 500 orang perhari.

Karena, lanjut dia, dengan kunjungan dari para wisatawan itu, ekonomi masyarakat sekitar bisa ikut terangkat. Mereka bisa ikut membangun infrastuktur yang menunjang. “Wisatawan itu tidak mungkin terus menerus melihat Komodo, paling hanya sebentar kemudian ke tempat lainnya di NTT,” katanya.