http://www1.adsensecamp.com/show/click.php?sid=mRdDaoNm8jEfHjaXqGsflH3ruphn9bMloL0lNGftgL4%3D&mid=EjaJmS1dntm%2BX72MOzJDBQE8LK%2Fi2T92ec739JbynYU%3D&ogi=r1efHiL667Gw178F%2FwEKiwD6bAvnS98FPQzVjg73xyM%3D&omid=BQd02UEWA%2Fs%3D&chan=WB3ae77b+8A%3D&i=6zepDC1828IRA3NnZPI4x3y5wpnCV3PoyW5ZUNXhvNnNjvvVUPwD4yC5ALPkvmVH&r=S3bVBZ7uC8wCmvRpmt5qgx15VfAQVibWFgEk6cp8ypeT9DR6G2klxBQeXRxSdpEI0ExoTzy48Q%2F%2BY7zpAqYiXA%3D%3D&a=xHMulCJa2UOFnEPfzInWFAfTW4SZZC8wcztg31qspQrmhhJRxvOKbj7L8Xrjcyq4NdhBTaHVaYGQ8JZ5LlQdtXZlYikVkwaBQji7ZbeS7HgSHL5%2FxUQ%2BIk%2FlBGI9VYuZFkkvG4usQIrdUSVoTlbfSQ%3D%3D

Bank Harus Biasakan Diri dengan Yuan

Penggunaan yuan dalam perdagangan intra-Asia tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, bank-bank nasional harus mulai membiasakan diri dengan penggunaan mata uang China tersebut.

Menanggapi semakin besarnya peranan yuan itu, Bank Indonesia mendorong pendekatan multipolar pada perdagangan dunia. Artinya, tidak bergantung pada satu jenis mata uang.

Menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah, ketergantungan dalam satu mata uang dapat menimbulkan instabilitas. Oleh karena itu, perlu mata uang lain untuk menjaga kestabilan. ”Di sini pentingnya yuan karena yuan berasal dari emerging market (pasar sedang berkembang),” kata Difi kepada Kompas di Jakarta, Senin (27/6/2011).

Mata uang yang selama ini menjadi basis nilai tukar dunia adalah dollar Amerika Serikat, euro, yen Jepang, dan poundsterling Inggris.

Meskipun demikian, kata Difi, kajian BI menunjukkan bahwa penggunaan yuan nantinya bergantung pada beberapa hal, di antaranya dorongan internasionalisasi yuan dari bank sentral China. Di samping itu, pasokan yuan turut menentukan biaya transaksi dan risiko nilai tukar yuan.

”Semakin dalam pasar yuan, semakin rendah biaya transaksi dan risiko nilai tukar. Hal ini diperhitungkan oleh pelaku dagang,” kata Difi. Saat ini BI mengamati kesiapan kawasan regional dalam penggunaan yuan sebagai mata uang alternatif. (IDR)