http://www1.adsensecamp.com/show/click.php?sid=mRdDaoNm8jEfHjaXqGsflH3ruphn9bMloL0lNGftgL4%3D&mid=EjaJmS1dntm%2BX72MOzJDBQE8LK%2Fi2T92ec739JbynYU%3D&ogi=r1efHiL667Gw178F%2FwEKiwD6bAvnS98FPQzVjg73xyM%3D&omid=BQd02UEWA%2Fs%3D&chan=WB3ae77b+8A%3D&i=6zepDC1828IRA3NnZPI4x3y5wpnCV3PoyW5ZUNXhvNnNjvvVUPwD4yC5ALPkvmVH&r=S3bVBZ7uC8wCmvRpmt5qgx15VfAQVibWFgEk6cp8ypeT9DR6G2klxBQeXRxSdpEI0ExoTzy48Q%2F%2BY7zpAqYiXA%3D%3D&a=xHMulCJa2UOFnEPfzInWFAfTW4SZZC8wcztg31qspQrmhhJRxvOKbj7L8Xrjcyq4NdhBTaHVaYGQ8JZ5LlQdtXZlYikVkwaBQji7ZbeS7HgSHL5%2FxUQ%2BIk%2FlBGI9VYuZFkkvG4usQIrdUSVoTlbfSQ%3D%3D

Andai Joko Wi, Gubernur DKI Jakarta

Gaya kepemimpinan Joko Widodo, Walikota Solo, Jawa Tengah, dipandang perlu menjadi perhatian dan ditiru para pemimpin DKI Jakarta. Joko Wi, demikian panggilan sang walikota, dianggap berjiwa demokratis dan mengayomi kepentingan warganya hingga yang paling bawah.

"Kita merindukan para pemimpin Jakarta itu seperti Joko Widodo. Bayangkan, untuk merelokasi pasar saja dia berdialog dengan warganya 57 kali, bahkan mengajak makan bersama," ujar Lieus Sungkharisma, pengusaha di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, kepada Kompas.com, Selasa (28/6/2011).

Dengan pendekatan personal yang mendahulukan dialog untuk mendengarkan aspirasi dari bawah, kebijakan yang dikeluarkan Jokowi minim penolakan.

Berbagai silang pendapat dan kepentingan juga dapat diakomodasi, lanjut Lieus, dan semua pihak dapat memahami tujuan bersama yang diemban pemerintah. "Inilah pemimpin yang demokratis dan mengayomi masyarakat," kata Lieus.

Hal menonjol yang terlihat dalam kepemimpinan Jokowi adalah perhatian dan apresiasinya terhadap masyarakat dari berbagai golongan. "Kita merasa diwongke (diorangkan)," tambah Bambang Sungkono, pemilik bengkel di Jalan Hayam Wuruk.

Meskipun mengakui, setiap kebijakan pemerintah pasti mendapatkan pandangan pro-kontra, ia berpendapat keputusan yang diambil berdasarkan dialog bisa memberikan kepuasan lebih karena semangat penghargaan seorang pemimpin.

Menurut Lieus, pendekatan serupa pernah dilakukan almarhum Ali Sadikin, saat menjabat Gubernur DKI. Oleh pendekatan tersebut, para pengusaha di kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk rela menyumbangkan masing-masing enam meter dari lahan mereka untuk keperluan pelebaran jalan. "Kemudian, kami juga mau menyumbangkan sebagian areal toko untuk pembangunan trotoar umum," jelasnya.

Pendekatan serupa saat ini jarang ditemukan di kalangan pejabat pemerintahan DKI. Pemerintah, menurutnya kerap mengambil kebijakan sepihak tanpa mempertimbangkan untung-rugi bagi warga yang berkepentingan. Ia mencontohkan penerapan aturan parkir off street.

"Enggak ada hujan, nggak ada angin, tiba-tiba sudah ada larangan parkir di badan jalan. Ya, kami, pedagang kaki lima, dan petugas parkir jelas kelabakan," tandasnya.