http://www1.adsensecamp.com/show/click.php?sid=mRdDaoNm8jEfHjaXqGsflH3ruphn9bMloL0lNGftgL4%3D&mid=EjaJmS1dntm%2BX72MOzJDBQE8LK%2Fi2T92ec739JbynYU%3D&ogi=r1efHiL667Gw178F%2FwEKiwD6bAvnS98FPQzVjg73xyM%3D&omid=BQd02UEWA%2Fs%3D&chan=WB3ae77b+8A%3D&i=6zepDC1828IRA3NnZPI4x3y5wpnCV3PoyW5ZUNXhvNnNjvvVUPwD4yC5ALPkvmVH&r=S3bVBZ7uC8wCmvRpmt5qgx15VfAQVibWFgEk6cp8ypeT9DR6G2klxBQeXRxSdpEI0ExoTzy48Q%2F%2BY7zpAqYiXA%3D%3D&a=xHMulCJa2UOFnEPfzInWFAfTW4SZZC8wcztg31qspQrmhhJRxvOKbj7L8Xrjcyq4NdhBTaHVaYGQ8JZ5LlQdtXZlYikVkwaBQji7ZbeS7HgSHL5%2FxUQ%2BIk%2FlBGI9VYuZFkkvG4usQIrdUSVoTlbfSQ%3D%3D

Surono : Mengingat Bencana Itu Penting

Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana,
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Surono (Mbah Rono Merapi)
Yogyakarta - Orang mudah melupakan bencana, padahal dengan mengingat bencana orang dapat belajar untuk tidak melakukan kesalahan kecil yang dapat berakibat fatal, kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono.

"Karena itu diperlukan buku atau museum untuk mengingatkan orang tentang bencana agar mereka mengingat dan belajar," katanya pada peluncuran buku "Membidik Peristiwa Jadi Berita" dan pembukaan pameran foto "Thirty Frames of Jogja" karya Regina Sjafrie di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, belajar tentang bencana yang pernah terjadi diperlukan karena biasanya terjadi secara berulang, meskipun waktunya tidak dapat diprediksi. Contohnya, sebelum gempa besar melanda Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2006, gempa yang lebih besar pernah melanda daerah itu pada 1943.

"Namun, ketika saya bertanya kepada seseorang yang menurut perkiraan saya mengalami peristiwa itu, apakah ia ingat tentang gempa tersebut, orang itu menjawab tidak ingat pernah terjadi gempa besar di DIY pada tahun itu," katanya memberi contoh.

Ia mengatakan, melalui buku peristiwa bencana akan terekam dengan baik sehingga jika bencana berulang upaya penanggulangan dapat dilakukan secara lebih baik.

Selain buku, keberadaan museum yang berkaitan dengan pengetahuan tentang bencana seperti Museum Gunung Merapai juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempelajari sebuah bencana dan cara penanggulangannya.

"Tetapi sayangnya di Indonesia berkunjung ke museum belum menjadi suatu kebutuhan seperti halnya di negara maju," katanya.

Padahal, dengan berkunjung ke museum, orang dapat belajar banyak tentang sesuatu yang bermanfaat tanpa harus membaca ratusan buku.

Pada kesempatan itu, Surono juga mengatakan, saat ini aktivitas sebanyak 23 gunung berapi di Indonesia berada di atas normal, dengan 18 gunung di antaranya berstatus waspada dan lima berstatus siaga.

Kondisi itu merupakan hal yang wajar, karena pascagempa Aceh pada 2004, aktivitas gunung berapi di Hawaii yang berjarak sekitar 12.000 km dari pusat gempa di Aceh juga meningkat.

Sementara itu, penulis buku "Membidik Peristiwa Jadi Berita" Regina Sjafrie mengatakan, buku itu menyasar kaum muda yang meminati bidang jurnalistik terutama foto sehingga ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dicerna.

Buku yang diterbitkan Galang Press itu, katanya, terdiri atas empat hal pokok yakni bencana, kebangkitan, spirit persatuan dan tangkapan kamera.

"Dengan buku ini saya berharap masyarakat makin memahami profesi wartawan foto dan mendorong banyak orang untuk menjadi wartawan di lingkungannya (citizen Journalism)," kata wartawan foto ANTARA ini.